Tampilkan postingan dengan label jalan-jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jalan-jalan. Tampilkan semua postingan

09 Desember 2008

Melihat neng guelis lagi...

"....kau membuatku merasakan indahnya jatuh cinta...indahnya dicintai... saat kau jadi milikku..." Itu tadi adalah cuplikan lagu terbaru Tompi. Waktu liat video klip-nya, saya tiba-tiba melihat sosok yang saya kenal waktu acara Sunsilk Dare to Shine dulu. Namanya Odhie. Dia salah satu teman magang saya di FeminaGroup. Wah, mulai merambah ke dunia layar kaca rupanya neng geulis ini :)Great for u, girl!

Omong-omong soal Sunsilk Dare to Shine, saya jadi pengen cerita pengalaman saya selama seminggu itu. Meskipun peristiwanya sudah lama, sekitar setahun lalu, namun banyak kenangan yang saya ingat.
Masa pemagangan dimulai dari hari senin sampai kamis. Disana saya dan teman-teman dikasih kesempatan masuk ke 'dapurnya' Feminagroup (dapat bonus ketemu artis-artis yang lagi pada pemotretan cover, hehehe), bikin konsep pemotretan untuk dipajang di majalah, pinjem baju senilai jutaan rupiah (yang alhasil malah bikin stress gara-gara musti jagain tuh barang
 biar ga
 ilang-rusak) dan melakukan pemotretan. Intinya sih, kami merasakan gimana capeknya kerja di Feminagroup, hehehe.
Nah, hari jumat waktunya untuk presentasi hasil kerja ke pihak Unilever selaku penyelenggara kegiatan. Malamnya, hasil kerja kami semua di-cat walk-an di Embbasy, Senayan. Hehehe... saya sempet jadi seleb dadakan di sana. Pasalnya, Cut Tari, presenter Insert, mewawancarai saya tentang konsep peragaan busana malam ini. Lumayan lah, bisa nongol di TV, even for a gossip show :p. 
Ternyata, selain menjadi seleb dadakan, saya juga dipaksa berjalan di cat walk layaknya model. Hahaha... mimpi apa saya selama ini! Yowis lah.... dijalani aja. Toh abis ini juga nggak akan datang ke klub lagi. that was the first and the last I go to the Club! Abisnya, pusing, bising, dan mata pedih gara-gara asap rokok. Thanks God akhirnya kami bisa keluar dari tempat itu jam 2 pagi. Perut pun rasanya keroncongan. Alhasil, kami pun berhenti di warung mie terde
kat untuk makan internet. Walah.... abis clubbing kok sarapan indomie telor kornet! Nggak keren blas! 



Hari Sabtu, It's a 
Girl day! Kami bener-bener dimanja, dilulur dan di-creambath. Hmmm... asyik.... 
Abis itu, kami semua diantar shopping ke Senayan City. Alhasil, saya cuma jajan King Burger di sana. Soalnya saya udah mules duluan ngeliat price-nya. Ternyata nggak cuma saya aja yang mules, temen-temen juga tidak membawa hasil apapun. Akhirnya kami kompakan menyelinap dan pergi ke Melawai untuk belanja. Hehehe... kamipun kalap.... dan ternyata... habis banyak juga, deh!
Pelajaran yang bisa saya ambil, barang murah belum berarti tidak berbahaya bagi kantong. Jadi, jangan tergiur dengan harga murah. Beli yang perlu saja, daripada menyesal kemudian ;p







Kenangan di kereta tua

 

Bagi saya, naik kereta sudah menjadi makanan sehari-hari selama berdomisili di Jakarta. Bagaimana tidak, dalam sehari saya dua kali naik KRL Bekasi Ekspres sebagai sarana transportasi. Sebulan sekali (atau pas ada libur panjang), saya juga menyempatkan diri untuk nongkrong sejenak di KA Senja Utama jurusan Yogyakarta. Kalau ada rejeki lebih, baru naik eksekutif (tapi itu jarang sekali, hehehe...) 
Menurut saya, kereta api itu alat transportasi paling nyaman dan aman. Nggak perlu takut macet (kecuali kalau lagi ada trouble di stasiun or listrik mati... wah... kacau banget, itu...), nggak perlu takut jatuh ke laut dan nggak perlu takut
 bakal ditabrakin ke gedung bertingkat (hehehe... )
Namun, dari sekian banyak pengalaman naik kereta (termasuk kereta halilintar di Dufan... ouch... bikin leher sakit, tuh!), menurut saya yang paling berkesan adalah ketika naik kereta tua di stasiun Ambarawa. Wuah... nikmatnya tak tergantikan, deh!
Sekadar ilustrasi, rasanya seperti kembali ke tahun 1900-an! Kereta tua ini terdiri dari sebuah lokomotif dan dua gerbong penumpang. Bahan bakar kereta ini masih tradisional, yaitu kayu bakar. Kayu bakarnya juga nggak main-main, kayu jati, man! Jadi, wajar 
saja kalau tarif menaiki kereta ini lumayan mahal, 2,2 juta untuk perjalanan sejauh kurang lebih 18 kilometer. 
Gerbong penumpang beserta interiornya  semua terbuat dari kayu dan tanpa jendela. Jadi, saya dan teman-teman dengan leluasa dapat menjulurkan leher seraya menikmati pemandangan yang ada. Terpaan angin semilir membuat kami mengantuk. Tapi, kok sayang rasanya melewatkan kesempatan sekali seumur hidup ini, hehehe :P
Iseng-iseng, kamipun mengukir kenangan dengan berfoto di dalam kereta api tua ini. Hehehe... lumayan untuk kenang-kenangan. 
 O iya, kebetulan saya juga mengabadikan moto dari kereta api tua ini..."it takes only one hour but the memory of your railway mountain tour will last forever" as long as you've got the picture ;)